Rabu, 14 Mei 2014

Kali Yasa...Penelusuranku

Sejarah Cilacap tidak bisa dilepaskan dari sejarah Banyumas yang telah lebih dulu ada, pada waktu kerajaan Mataram berkuasa, wilayah cikal bakal cilacap masuk kedalam banyumas, meskipun daerah tertentu sempat berada dalam kekuasaan Pajang. Sejarah daerah-daerah di Cilacap ternyata lebih dahulu ada dibanding dengan sejarah Cilacap itu sendiri. Seperti Dayeluhur, Donan, Adiraja, Jeruklegi. Daerah-daerah ini ada sebelum Cilacap berdiri bahkan sudah tertulis dalam peta yang di buat Belanda. artinya daerah itulah yang kelak akan dijadikan koloni suatu wilayah oleh Belanda. Sedangkan kali Yasa sendiri merupakan sungai yang memiliki nilai historis tinggi, sunggai ini pernah menjadi alat transportasi andalan Banyumas- Cilacap sebelum adanya jalur kereta api uap dan jalan raya.

Berdasarkan peta-peta milik Belanda saya mulai mengeksplor kali yasa, peta-peta tua ini lah yang menjadi dasar penelusuran saya tentang kali yasa.dan juga sumber lain tentunya. Pada tanggal 4 April 1698 Gubernur Jendral VOC, Mr. Willem van Outhoorn membuat resolusi pelaksanaan eksplorasi dan pembuatan peta lebih akurat dari yang telah dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan pelayaran dari mana saja bagi setiap kapal yang berlayar dengan angin barat, seperti peristiwa yang dialami Kapal Pesiar Silida yang tersesat ke Sailan pada tahun 1694, maupun mencegah kemungkinan terdamparnya kapal.

Kali yasa (kali yoso, yasa atau buatan manusia )dibuat untuk melancarkan transportasi dari Banyumas ke Cilacap. Sebelum adanya kali yasa, transportasi air hanya sampai pada muara sungai serayu. kondisi Cilacap yang berawa-rawa terlalu sulit jika harus menggunakan transportasi darat. Pelabuhan Cilacap (sebelumnya bernama Pelabuhan Donan) sudah lebih dulu ada yaitu dibangun pada tahun 1830 sebagi pintu ekspor impor dari Eropa. belanda memlilih mengirim produk-produk dari program cultuurstelselnya di daerah banyumas melalui pelabuhan Cilacap karena lebih efisien dan aman ketimbang mengirim barang melalui Batavia atau pun Semarang.

Pembangunan sungai yasa dilakukan beberapa kali, ini juga dapat dilihat dari peta. di peta tahun 1835 Belanda belum memasukan sungai yasa kedalam peta. jika mengambil sumber dari buku "Cilacap (1830-1942): bangkit dan runtuhnya suatu pelabuhan di Jawa". kali yasa dibangun mulai tahun 1832-1836, pembangunan kali yasa dilakukan secara bertahab, hal ini dikarenakan curah hujan yang tinggi dan juga letak geografis Cilacap dengan sungai serayu, maka dibutuhkan tenaga ahli dalam membuat sebuah sungai sedetan dari muara serayu ke Cilacap.Residen banyumas Seriere dengan kas residenya menganggarkan pembuatan kali serayu sebesar f14.000,- .Di tahun 1836 mulalilah dilakukan pembangunan kembali kali yasa. pembangunan dilakukan selama 2 tahun.

Peta tahun 1835-1837
Pada peta ini Cilacap hanya dikenal dengan nama donan,sedangkan daerah-daerah di wilayah Cilacap yang tertulis di peta ini adalah Dayeluhur,Tanah Madura (sekarang wanareja),Jeruk legi,Adiraja, Segara anakan dan Nusakambangan.

Peta tahun 1857 dan 1861
Pada periode ini kali yasa sudah tergambar namun hanya sampai sekitar jalan budi utomo (jika ditarik garis horisontal akan sejajar dengan kabupaten, yang artinya aliran kali yasa hanya baru sampai jalan budi utomo) namun bisa dilihat belanda telah menyiapkan bangunan untuk aliran kali yasa ke laut, yaitu di deket sentolo kawat. dalam periode ini belanda bisa dikatakan telah berhasil menciptakan alat transportasi baru menuju cilacap,sehingga gubernur dominique jaques de eerner (1836-1840) mendampingi pangeran hendrix yang datang mengunjungi jawa pada tahun 1837 menyempatkan diri melakukan perjalanan dari banyumas ke cilacap selama 9 hari melalui jalur air. Jika diambil 2 tahun dari pembuatan kali yasa maka kali yasa selesai sekitar tahun 1838an dan di tahun-tahun berikutnya kali yasa sudah dipastikan menjadi jalur transportasi air teramai di banyumas dan cilacap.

Peta 1899
di periode ini dapat dilihat kali yasa telah sampai menuju laut, tepatnya sebelah barat sentolo kawat dan telah dibangun 2 buah jembata, satu diantaranya adalah jembatan kereta menuju gudang diwilayah sentolo kawat, dari peta ini juga dapat dilihat sebuah tambatan. tambatan ini digunakan untuk memaksimalkan bongkar muat barang ke kapal. dapat diambil kesimpulan bahwa beberapa tahun sebelum 1899 kali yasa telah digunakan sebagai transportasi air banyumas-cilacap dan dengan masuknya jalur kereta api ke cilacap maka berakhirlah periode transportasi air dan digantikan dengan transportasi kereta uap.

Tahun 1879 dibangun jalur rel kereta apa SS (statsspoorwagen) lintas jogja-cilacap dan selesai pada tahun 1887, pembangunan jalur kereta api ini membuat perkembangan di cilacap. Gudang-gudang besar mulai di dirikan. dan tahun 1888 jalur kereta api di teruskan dari Stasiun cilacap-pelabuhan. tahun 1896, atas keinginan pengusaha swasta untuk memudahkan transportasi banyumas-cilacap maka dibangunlah kereta api jalur SDS (srayudal stroomtram maatschappij) jalur purwokerto-maos (29km). di maos inilah jalur dari SDS bertemu dengan SS lalu menujuke cilacap atau ke jogja.

Hingga akhir 1975 kali yasa masih di gunakan sebagai transportasi air, namun hanya untuk mengangkut bambu yang berasal dari wilayah banyumas atau desa-desa disekitaran sungai serayu dan selanjutnya dikirim melalui kali yasa hingga cilacap. sesampai di muara kali yasa bambu-bambu tadi di distribusikan untuk kota Cilacap,pembongkaran bambu itu terletak disebelah Kantor malaria atau sekarang sebelah timur lapangan kejaksaan.

Setelah tahun 1975 Cilacap berkembang dengan pesatnya termasuk dalam pembangunan jalan raya, hal ini memudahkan transportasi dari dan ke Cilacap. Sejak saat itu mulailah kali yasa di lupakan.perlahan pinggiran sungai di tumbuhi pohon daon hingga sangat lebat dan membuat penyempitan di bagian tengah aliran kali yasa.

Sekitar taun 1990an dibangun Pelabuhan Perikanan Cilacap dengan memotong aliran kali yasa atau yang lebih dikenal dengan bedahan, yaitu mengeruk tanah diantara laut dan kali yasa untuk membuat pelabuan baru. sejak saat itu mulailah banyak pendatang yang mendiami wilayah disekitar kali yasa, kebanyakan dari mereka adalah nelayan sehingga mereka memanfaatkan aliran sungai untuk memarkir kapal ataupun perahunya. semakin lama semakin banyak orang yang mulai tinggal di sekitaran kali yasa sehingga sedikit demi sedikit pohon daon dipinggiran kali yasa mulai dibersihkan.


kali Yasa
1835

1857

1899

1944

Sungai Serayu dari Gunung Srandil

Sebuah tempat di pinggiran Serayu ( Wirasaba,Purbalingga)
yang dahulunya digunakan sebagai tempat bongkar muat.

Pertemuan Sungai Serayu-Kali Yasa

Penyempitan Kali Yasa oleh Pohon Daon

Pertemuan Kali Yasa dengan Laut (bedahan)

Daerah bekas bongkar muata bambu

Muara Kali Yasa

Sumber :
Cilacap (1830-1942): bangkit dan runtuhnya suatu pelabuhan di Jawa. Susanto Zuhdi
Karsyiah.blogspot.com
Buku sejarah Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap 1974