Sejarah
Cilacap tidak bisa dilepaskan dari sejarah Banyumas yang telah lebih
dulu ada, pada waktu kerajaan Mataram berkuasa, wilayah cikal bakal
cilacap masuk kedalam banyumas, meskipun daerah tertentu sempat berada
dalam kekuasaan Pajang. Sejarah daerah-daerah di Cilacap ternyata lebih
dahulu ada dibanding dengan sejarah Cilacap itu sendiri. Seperti
Dayeluhur, Donan, Adiraja, Jeruklegi. Daerah-daerah ini ada sebelum
Cilacap berdiri bahkan sudah tertulis dalam peta yang di buat Belanda.
artinya daerah itulah yang kelak akan dijadikan koloni suatu wilayah
oleh Belanda. Sedangkan kali Yasa sendiri merupakan sungai yang memiliki
nilai historis tinggi, sunggai ini pernah menjadi alat transportasi
andalan Banyumas- Cilacap sebelum adanya jalur kereta api uap dan jalan
raya.
Berdasarkan
peta-peta milik Belanda saya mulai mengeksplor kali yasa, peta-peta tua
ini lah yang menjadi dasar penelusuran saya tentang kali yasa.dan juga
sumber lain tentunya. Pada
tanggal 4 April 1698 Gubernur Jendral VOC, Mr. Willem van Outhoorn
membuat resolusi pelaksanaan eksplorasi dan pembuatan peta lebih akurat
dari yang telah dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk menjaga keamanan
pelayaran dari mana saja bagi setiap kapal yang berlayar dengan angin
barat, seperti peristiwa yang dialami Kapal Pesiar Silida yang tersesat
ke Sailan pada tahun 1694, maupun mencegah kemungkinan terdamparnya
kapal.
Kali
yasa (kali yoso, yasa atau buatan manusia )dibuat untuk melancarkan
transportasi dari Banyumas ke Cilacap. Sebelum adanya kali yasa,
transportasi air hanya sampai pada muara sungai serayu. kondisi Cilacap
yang berawa-rawa terlalu sulit jika harus menggunakan transportasi
darat. Pelabuhan Cilacap (sebelumnya bernama Pelabuhan Donan) sudah
lebih dulu ada yaitu dibangun pada tahun 1830 sebagi pintu ekspor impor
dari Eropa. belanda memlilih mengirim produk-produk dari program
cultuurstelselnya di daerah banyumas melalui pelabuhan Cilacap karena
lebih efisien dan aman ketimbang mengirim barang melalui Batavia atau
pun Semarang.
Pembangunan
sungai yasa dilakukan beberapa kali, ini juga dapat dilihat dari peta.
di peta tahun 1835 Belanda belum memasukan sungai yasa kedalam peta.
jika mengambil sumber dari buku "Cilacap (1830-1942): bangkit dan
runtuhnya suatu pelabuhan di Jawa". kali yasa dibangun mulai tahun
1832-1836, pembangunan kali yasa dilakukan secara bertahab, hal ini
dikarenakan curah hujan yang tinggi dan juga letak geografis Cilacap
dengan sungai serayu, maka dibutuhkan tenaga ahli dalam membuat sebuah
sungai sedetan dari muara serayu ke Cilacap.Residen banyumas Seriere
dengan kas residenya menganggarkan pembuatan kali serayu sebesar
f14.000,- .Di tahun 1836 mulalilah dilakukan pembangunan kembali kali
yasa. pembangunan dilakukan selama 2 tahun.
Peta tahun 1835-1837
Pada
peta ini Cilacap hanya dikenal dengan nama donan,sedangkan
daerah-daerah di wilayah Cilacap yang tertulis di peta ini adalah
Dayeluhur,Tanah Madura (sekarang wanareja),Jeruk legi,Adiraja, Segara
anakan dan Nusakambangan.
Peta tahun 1857 dan 1861
Pada
periode ini kali yasa sudah tergambar namun hanya sampai sekitar jalan
budi utomo (jika ditarik garis horisontal akan sejajar dengan kabupaten,
yang artinya aliran kali yasa hanya baru sampai jalan budi utomo) namun
bisa dilihat belanda telah menyiapkan bangunan untuk aliran kali yasa
ke laut, yaitu di deket sentolo kawat. dalam periode ini belanda bisa
dikatakan telah berhasil menciptakan alat transportasi baru menuju
cilacap,sehingga gubernur dominique jaques de eerner (1836-1840)
mendampingi pangeran hendrix yang datang mengunjungi jawa pada tahun
1837 menyempatkan diri melakukan perjalanan dari banyumas ke cilacap
selama 9 hari melalui jalur air. Jika diambil 2 tahun dari pembuatan
kali yasa maka kali yasa selesai sekitar tahun 1838an dan di tahun-tahun
berikutnya kali yasa sudah dipastikan menjadi jalur transportasi air
teramai di banyumas dan cilacap.
Peta 1899
di
periode ini dapat dilihat kali yasa telah sampai menuju laut, tepatnya
sebelah barat sentolo kawat dan telah dibangun 2 buah jembata, satu
diantaranya adalah jembatan kereta menuju gudang diwilayah sentolo
kawat, dari peta ini juga dapat dilihat sebuah tambatan. tambatan ini
digunakan untuk memaksimalkan bongkar muat barang ke kapal. dapat
diambil kesimpulan bahwa beberapa tahun sebelum 1899 kali yasa telah
digunakan sebagai transportasi air banyumas-cilacap dan dengan masuknya
jalur kereta api ke cilacap maka berakhirlah periode transportasi air
dan digantikan dengan transportasi kereta uap.
Tahun
1879 dibangun jalur rel kereta apa SS (statsspoorwagen) lintas
jogja-cilacap dan selesai pada tahun 1887, pembangunan jalur kereta api
ini membuat perkembangan di cilacap. Gudang-gudang besar mulai di
dirikan. dan tahun 1888 jalur kereta api di teruskan dari Stasiun
cilacap-pelabuhan. tahun 1896, atas keinginan pengusaha swasta untuk
memudahkan transportasi banyumas-cilacap maka dibangunlah kereta api
jalur SDS (srayudal stroomtram maatschappij) jalur purwokerto-maos
(29km). di maos inilah jalur dari SDS bertemu dengan SS lalu menujuke
cilacap atau ke jogja.
Hingga
akhir 1975 kali yasa masih di gunakan sebagai transportasi air, namun
hanya untuk mengangkut bambu yang berasal dari wilayah banyumas atau
desa-desa disekitaran sungai serayu dan selanjutnya dikirim melalui kali
yasa hingga cilacap. sesampai di muara kali yasa bambu-bambu tadi di
distribusikan untuk kota Cilacap,pembongkaran bambu itu terletak
disebelah Kantor malaria atau sekarang sebelah timur lapangan kejaksaan.
Setelah
tahun 1975 Cilacap berkembang dengan pesatnya termasuk dalam
pembangunan jalan raya, hal ini memudahkan transportasi dari dan ke
Cilacap. Sejak saat itu mulailah kali yasa di lupakan.perlahan pinggiran
sungai di tumbuhi pohon daon hingga sangat lebat dan membuat
penyempitan di bagian tengah aliran kali yasa.
Sekitar
taun 1990an dibangun Pelabuhan Perikanan Cilacap dengan memotong aliran
kali yasa atau yang lebih dikenal dengan bedahan, yaitu mengeruk tanah
diantara laut dan kali yasa untuk membuat pelabuan baru. sejak saat itu
mulailah banyak pendatang yang mendiami wilayah disekitar kali yasa,
kebanyakan dari mereka adalah nelayan sehingga mereka memanfaatkan
aliran sungai untuk memarkir kapal ataupun perahunya. semakin lama
semakin banyak orang yang mulai tinggal di sekitaran kali yasa sehingga
sedikit demi sedikit pohon daon dipinggiran kali yasa mulai dibersihkan.
kali Yasa
1835
1857
1899
1944
Sungai Serayu dari Gunung Srandil
Sebuah tempat di pinggiran Serayu ( Wirasaba,Purbalingga)
yang dahulunya digunakan sebagai tempat bongkar muat.
Pertemuan Sungai Serayu-Kali Yasa
Penyempitan Kali Yasa oleh Pohon Daon
Pertemuan Kali Yasa dengan Laut (bedahan)
Daerah bekas bongkar muata bambu
Muara Kali Yasa
Sumber :
Cilacap (1830-1942): bangkit dan runtuhnya suatu pelabuhan di Jawa. Susanto Zuhdi
Karsyiah.blogspot.com
Buku sejarah Kabupaten Daerah Tingkat II Cilacap 1974